Disleksia

Apa itu Disleksia?

Sebagian besar orang awam memahami disleksia sebagai kondisi di mana anak sulit belajar membaca, malas menulis, jika menulis banyak huruf yang hilang, sulit menghitung, dan sebagainya, namun sejatinya disleksia tidak sesederhana itu.

Disleksia adalah salah satu bentuk kesulitan belajar spesifik dan merupakan bentuk kesulitan belajar spesifik yang paling sering ditemukan. Kesulitan belajar ini disebut ‘spesifik’ karena terjadi pada individu yang normal dan hanya timbul pada beberapa aspek tertentu saja, bukan kesulitan pada seluruh aspek perkembangan, terutama kesulitan pada aspek berbahasa dan berhitung.

Disleksia berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘dys’ yang artinya ‘salah/ menyimpang’ dan ‘lexia’ yang artinya ‘kata’ atau ‘bahasa’. Jadi, disleksia adalah suatu kesulitan berbahasa yang terjadi pada individu normal yaitu individu yang terbukti memiliki potensi kecerdasan normal atau mungkin di atas rata-rata. Kesulitan berbahasa yang dimaksud meliputi bahasa lisan, bahasa tulisan dan bahasa sosial. Selain gangguan keberbahasaan, penyandang disleksia juga mengalami kesulitan di area executive function.

Apa yang tampak pada kesulitan bahasa lisan?

Individu disleksia biasanya menunjukkan kemampuan verbal dengan kosa kata yang terbatas, artikulasi yang tidak tepat, pemahaman dan pemilihan istilah-istilah saat berkomunikasi yang tidak pas serta kesulitan untuk menyusun kata menjadi kalimat yang runtut. Kesulitan berbahasa lisan ini sudah dapat dilihat sejak anak berusia pra sekolah. Namun demikian, biasanya orangtua belum terlalu menyadarinya dan belum khawatir karena anak menunjukkan pemahaman dalam berkomunikasi.

Apa yang tampak pada kesulitan bahasa tulisan ?

Anak disleksia biasanya lambat atau mengalami kesulitan saat mulai belajar mengenal bunyi huruf, bentuk huruf, merangkai huruf menjadi kata, merangkai kata menjadi kalimat, membaca, menulis, dan memaknai bacaan. Selain itu, mereka juga seringkali mengalami kesulitan mengenal lambang bilangan, nama bilangan, menghitung sederhana, memaknai soal cerita matematika, membedakan arti dari berbagai lambang operasional matematika, dan sebagainya.

Apa yang tampak pada kesulitan bahasa sosial?

Anak disleksia seringkali mengalami kesulitan dalam memahami tanda-tanda sosial dan bahasa tubuh dari lawan bicara dan lingkungannya, sehingga kerap mereka tampak ‘janggal’ dalam pergaulan. Sikap mereka cenderung ‘seenaknya’ atau seperti ‘tidak tahu aturan’ namun sebenarnya hal tersebut disebabkan karena mereka seperti tidak peka terhadap aturan dan norma sosial yang berlaku di masyarakat.

Selain gejala gejala tersebut di atas, individu disleksia seringkali menunjukkan kondisi-kondisi lain seperti mudah lupa, sulit mengingat instruksi yang panjang, grasa-grusu dan kurang fokus dalam menumpukan perhatian pada saat aktivitas belajar. Itulah tanda-tanda yang menunjukkan gangguan executive function.

Penting sekali bagi orangtua, guru dan masyarakat untuk memahami disleksia secara komprehensif. Intervensi dini pada anak disleksia dapat mengoptimalkan kemampuan dan performanya, sedangkan jika anak disleksia tidak mendapat intervensi dini atau bahkan mendapatkan label yang salah dan intervensi yang tidak tepat, maka anak akan kaya dengan pengalaman gagal yang membawanya pada kepercayaan diri yang buruk. Bukan sedikit kasus disleksia berat yang berakhir dengan kondisi anak sama sekali tidak mau sekolah, bahkan sebagian dari mereka punya keinginan untuk mengakhiri hidupnya.

Sangat diharapkan agar para orangtua dan tenaga pendidik serta para penyelenggara layanan pendidikan untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dirinya demi memahami dan melayani anak anak disleksia ini dengan sebaik-baiknya.

 

Kristiantini Dewi, dr., SpA

Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia